Sobat bintang, di part pertama sudah disampaikan 8 akhlak terbaik untuk ayah dan ibu kita. Sudah baca kan?
Nah di part ini akan disampaikan 12 tambahan. Terus disimak ya, biar kamu bisa jadi anak paling berbakti.
- Tidak membalas celaan ayah sekiranya dia mencelamu.
Diriwayatkan dari Abdullah bin Umar bahwasanya dia berkata: “Aku pernah mendengar Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda: ‘Janganlah kalian menghalangi istri kalian untuk ke masjid apabila mereka telah meminta izin kepada kalian.’” Kemudian Bilal bin Abdullah bin Umar berkata: ‘Demi Allah, kami akan melarang mereka.’ Abdullah bin Umar (ayah Bilal) pun menghampirinya dan mencelanya dengan celaan yang buruk yang belum pernah sama sekali kudengar dia lakukan sebelumnya. Dia pun berkata: “Aku kabarkan kepadamu dari Rasulullah, terus kamu bilang: ‘Demi Allah, kami akan melarang mereka?!’” [HR. Muslim no.442]
- Memperlakukan keduanya dengan baik, meskipun keduanya non muslim.
Allah subahanahu wa ta’ala berfirman:
Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan Aku sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah kamu mengikuti keduanya, dan pergaulilah keduanya di dunia dengan baik, dan ikutilah jalan orang yang kembali kepada-Ku, kemudian hanya kepada-Kulah kembalimu, maka Kuberitakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan. [QS. Luqman: 15]
- Tidak menyakiti perasaan keduanya dengan mengungkit-ungkit kebaikanmu kepada mereka.
Allah subahanahu wa ta’ala berfirman:
Sekali-kali jangan; manusia itu belum melaksanakan apa yang diperintahkan Allah kepadanya. [QS. Abasa: 23]
Abdullah bin Umar pernah melihat seseorang menggendong ibunya di atas pundaknya tawaf mengelilingi Ka’bah. Ia juga menggendong ke mana saja yang ibunya inginkan. Orang tersebut lantas datang menemui Ibnu Umar dan bertanya, “Wahai Abdullah bin Umar, apakah dengan perbuatanku ini aku sudah dianggap telah membalas jasa ibuku?” Abdullah bin Umar menjawab, “Belum! Bahkan setetes pun engkau belum dianggap dapat membalas kebaikan kedua orang tuamu.” [HR. Bukhari dalam al-Adab al-Mufrad no.9]
- Tidak memanggil keduanya dengan namanya, tidak duduk sebelum mereka duduk, dan tidak berjalan di hadapan mereka.
Diriwayatkan bahwasanya Abu Hurairah melihat dua orang. Kemudian dia bertanya kepada salah satunya: “Apa hubunganmu dengannya?” Dia menjawab: “Dia ayahku.” Dia berkata: “Jangan memanggilnya dengan namanya, jangan berjalan di hadapannya, dan jangan duduk sebelum dia duduk.” [HR. Bukhari dalam al-Adab al-Mufrad]
- Segera menjawab panggilan keduanya.
- Sabar dan rida dalam menghadapai sikap keduanya.
Aisyah berkata: “Abu Bakar mencelaku dan menyampaikan apa yang perlu dia sampaikan serta mencubit pinggangku. Tidak ada yang menghalangiku untuk bergerak selain keadaan Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam yang tidur di atas pangkuanku.” [HR. Bukhari no.327]
- Meminta maaf kepada keduanya.
Allah subahanahu wa ta’ala berfirman:
Mereka berkata: “Wahai ayah kami, mohonkanlah ampun bagi kami terhadap dosa-dosa kami, sesungguhnya kami adalah orang-orang yang bersalah (berdosa)”. [QS. Yusuf: 97]
- Meminta izin kepada keduanya ketika hendak menemuinya di kamarnya.
Diriwayatkan dari Alqamah bahwasanya seseorang datang menemui Abdullah bin Masud dan bertanya: “Apakah saya harus meminta izin terlebih dahulu kepada ibuku?” Dia menjawab: “Dia tidak selalu dalam keadaan yang dia sukai untuk kamu lihat.” [HR. Bukhari dalam al-Adab al-Mufrad]
- Meminta izin keduanya ketika hendak safar dan semisalnya.
- Tidak pelit kepada keduanya.
Al-Hasan al-Bashri berkata: “Berbakti itu kamu mengorbankan apa yang kamu miliki untuk mereka berdua dan kamu menaati keduanya dalam hal yang mereka perintahkan selain kemaksiatan.” [Ad-Durr al-Mantsuur 5/259]
- Melayani keduanya terlebih dahulu sebelum melayani diri sendiri.
- Mengutamakan perintah keduanya dari ibadah sunah.
Muhammad bin al-Munkadir berkata: “Saudaraku Umar mengisi malamnya dengan shalat malam, sedangkan aku mengisi malamku dengan memijat kaki ibuku. Aku tidak mendambakan malamku sebagaimana malamnya.” [As-Siyar 5/359]
Bersambung ke part 3
✍?Disusun oleh: Ust Dede Rahman Saleh