Sayyidah Hajar, Figur Bunda Teladan Sepanjang Masa
bunda teladan

Dia Hajar, ibunda Nabi Ismail dan istri Nabi Ibrahim. Figur bunda teladan yang patut ditelusuri. 

Di sana, di gurun Mekah yang tandus, tidak ada tanaman, tidak ada air, tidak ada teman, Hajar dan Ismail yang baru lahir ditinggal Ibrahim. Sebelum berpisah, Ibrahim meninggalkan untuk mereka berdua kurma dan air. 

“Wahai suamiku, apakah Kamu hendak meninggalkan kami di lembah yang gersang ini tanpa teman dan perbekalan yang mencukupi?” 

Ibrahim pun tidak menolehnya karena dia yakin terhadap janji Allah yang tak pernah mengingkari janji-Nya. 

Melihat Ibrahim yang hanya terdiam, Hajar pun menyadari bahwa semua ini kehendak Allah. Dia pun bertanya: 

“Apakah Allah Yang memerintahkan semua ini?” 

Ibrahim pun menjawab:  “Ya.” 

Hajar pun berkata dengan penuh keyakinan: 

“Jika demikian adanya, sungguh Allah takkan menelantarkan kami.” 

Ibrahim pun berdoa:  

Ya Tuhan kami, sesungguhnya aku telah menempatkan sebahagian keturunanku di lembah yang tidak mempunyai tanam-tanaman di dekat rumah Engkau (Baitullah) yang dihormati, ya Tuhan kami (yang demikian itu) agar mereka mendirikan shalat, maka jadikanlah hati sebagian manusia cenderung kepada mereka dan beri rezekilah mereka dari buah-buahan, mudah-mudahan mereka bersyukur. 

Ya Tuhan kami, sesungguhnya Engkau mengetahui apa yang kami sembunyikan dan apa yang kami lahirkan; dan tidak ada sesuatupun yang tersembunyi bagi Allah, baik yang ada di bumi maupun yang ada di langit. [QS. Ibrahim: 37-38] 

Kemudian dia pun berlalu meninggalkan mereka berdua dan kembali menuju Palestina. 

Ujian yang Sangat Berat

Air dan kurma yang menjadi perbekalan mereka telah habis. Ismail kecil kehausan. Sementara ASI Hajar kering.  

Hajar pun meninggalkan Ismail terbaring di tanah. Dia mencari air atau bantuan di bukit Shafa dan Marwa. Berlari di antara dua bukit itu. Dia nyaris putus asa. Usahanya belum berhasil. 

Di sisi lain Allah mengutus Jibril kepada Ismail. Jibril mengepakkan sayapnya ke tanah hingga memancarkan air zamzam di samping Ismail kecil.  

Hajar pun bergegas menuju buah hatinya, memuji Allah, meminumnya, dan memberi minum Ismail kecil. 

Keyakinan  yang Tidak Tergoyahkan

Ismail pun beranjak remaja. Perintah Allah datang kepada Nabi Ibrahim untuk menyembelih putra kesayangannya itu. Ibrahim pun berdiskusi dengan putranya. Setelah bersedia, Ibrahim membawa Ismail ke suatu tempat. 

Iblis menghampiri Hajar dan menggodanya. 

“Tahukah kamu kemana Ibrahim membawa putramu?” tanya Iblis. 

“Tidak.” jawab Hajar. 

“Dia hendak menyembelih putramu.” kata Iblis. 

“Tidak mungkin! Dia sangat sayang kepada putranya.” jawab Hajar. 

“Dia mengira bahwa Allah memerintahkan hal itu kepadanya.” sahut Iblis. 

“Jika Allah yang memerintahkan hal itu, dia telah berbuat benar dengan menaati perintah-Nya.” jawab Hajar dengan penuh keyakinan. 

Allah berfirman: 

Tatkala keduanya telah berserah diri dan Ibrahim membaringkan anaknya atas pelipis(nya), (nyatalah kesabaran keduanya). Dan Kami panggillah dia: “Hai Ibrahim, sesungguhnya kamu telah membenarkan mimpi itu sesungguhnya demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik. Sesungguhnya ini benar-benar suatu ujian yang nyata. Dan Kami tebus anak itu dengan seekor sembelihan yang besar. [QS. Ash-Shāffāt: 103-107]  

Kesimpulan

Pelajaran yang bisa kita petik dari kisah bunda teladan Sayyidah Hajar di atas: 

Taatilah Allah. Sesungguhnya taat kepada-Nya selalu mendatangkan kebaikan. Yakinlah terhadap janji dan pertolongan Allah dan maksimalkanlah ikhtiar. Jangan sisakan keraguan dalam relung hatimu terhadap syariat Allah yang sarat dengan kebaikan dunia dan akhirat. 

Disusun oleh: Ust Dede Rahman Saleh (deras.atstsurayya@gmail.com)

Baca Juga : Kaidah-Kaidah dalam Mendidik Anak

Bagikan :