Dia lah Figur anak yang dikenal seantero dunia muslim
Anak yang menjadi simbol baktinya kepada sang ayah dan bunda
Anak yang tumbuh dari keluarga yang jauh dari kata cukup, seorang yatim dan hanya hidup bersama ibundanya yang sepuh lagi lumpuh.
Demi mencukupi kebutuhan kebutuhan keluarga si Anak menggembalakan unta orang lain agar mendapat upah. Dan dia anak yang Allah beri ujian penyakit kulit yakni sopak dan Allah sembuhkan dan masih tersisa sedikit.
Anak ini hidup pada zaman Rasulullah, dia beriman kepada Rasulullah, si Anak sangat berharap bisa berjumpa dengan Rasulullah seperti beberapa orang kampungnya yang telah berjumpa dengan Rasulullah
Hari demi hari berlalu, kerinduan si Anak untuk menemui Rasulullah semakin dalam. Hatinya selalu bertanya-tanya, kapankah ia dapat bertemu Rasulullah dan memandang wajah beliau dari dekat? Inilah kerinduan karena iman. Kondisi ibunya seorang diri apakah dia tega meniggalkannya seorang diri
Akhirnya, kerinduan kepada Rasulullah yang selama ini dipendamnya tak tertahan lagi. Suatu hari ia datang mendekati ibunya, mengeluarkan isi hatinya dan mohon ijin kepada ibunya agar ia diperkenankan pergi menemui Rasulullah di Madinah dan ibundanyapun mengizinkannya.
Berangkatlah si Anak menuju Madinah yang jauh dari negerinya dan qadarullah Nabi tidak berada dirumahnya, beliau sedang berada di medan pertempuran.
Dan hanya dapat bertemu dengan Aisyah Radhiyallahu ‘anha. Betapa kecewanya dia dan hendak menunggu hingga kapan sedang ibunya menginginkan segera pulang selepas tiba di Madinah
Akhirnya, karena ketaatannya kepada ibunya, pesan ibunya mengalahkan suara hati dan kemauannya untuk menunggu dan berjumpa dengan Rasulullah. Si Anak pamit kembali ke negerinya sambil menitipkan salam kepada Rasulullah
Si Anak tinggal di negeri dimana dahulu kaum saba’ tinggal bersama ratunya yakni Balqis. Ya, negeri Yaman yang dimaksud.
Siapa dia? insyaAllah sudah ketebak, yakni Uwais bin ‘Amir dari bani Qarn
Pertemuaannya dia dengan ‘Umar bin Al Khattab radhiyallahu ‘anhu.
Suatu hari Umar bin Khattab radhiyallahu ‘anhu teringat pada sabda Rasulullah mengenai si Anak ini. Sejak itu setiap ada kafilah yang datang dari negeri si Anak mereka selalu menanyakan tentang si Anak apakah ada ikut dalam rombongan mereka. Hingga suatu ketika yang ditunggu-tunggupun tiba,
“Apakah di tengah-tengah kalian ada yang bernama Uwais bin ‘Amir?” Tanya Umar
Sampai Umar mendatangi ‘Uwais dan bertanya, “Benar engkau adalah Uwais bin ‘Amir?”
Umar bertanya tentang asal Uwais, ciri-cirinya seperti yang Rasulullah sebutkan dahulu dikala Rasulullah masih hidup.
Umar berkata, “Aku sendiri pernah mendengar Rasulullah bersabda : “Nanti akan datang seseorang bernama Uwais bin ‘Amir bersama serombongan pasukan dari Yaman. Ia berasal dari Murad kemudian dari Qarn. Ia memiliki penyakit kulit kemudian sembuh darinya kecuali bagian satu dirham. Ia punya seorang ibu dan sangat berbakti padanya. Seandainya ia mau bersumpah pada Allah, maka akan diperkenankan yang ia pinta. Jika engkau mampu agar ia meminta pada Allah supaya engkau diampuni, mintalah padanya.”
Umar pun berkata, “Mintalah pada Allah untuk mengampuniku.”
Kemudian Uwais mendoakan Umar dengan meminta ampunan pada Allah.
Umar pun bertanya pada Uwais, “Engkau hendak ke mana?” Uwais menjawab, “Ke Kufah”.
Umar pun mengatakan pada Uwais, “Bagaimana jika aku menulis surat kepada penanggungjawab di negeri Kufah supaya membantumu?”
Uwais menjawab, “Aku lebih suka menjadi orang yang lemah (miskin).”
✍️Pelajaran yang bisa kita petik dari kisah di atas:
- Sikap berbakti kepada orang tua telah ditunjukkan oleh Uwais Al Qarni dalam merawat ibunya yang telah tua dan lumpuh hingga dalam riwayat Uwais menggendong ibundanya dari Yaman ke Makkah dalam menunaikan haji
- Hendaknya selalu berusaha tawadhu seberapapun mulianya kedudukan. Sebagaimana ditunjukkan saat Uwais bertemu dengan Umar bin Khattab yang mengetahui keistimewaasn seorang Uwais dan memohon doa serta istighfar kepada Uwais Al Qarni, namun Uwais merasa tidak pantas memohonkan istighfar untuk sahabat Nabi tersebut.
- Kisah yang mencerminkan kezuhudan seorang Uwais Al Qarni tatkala ia enggan menerima tawaran dari Umar dan lebih memilih hidup dalam kesederhanaan.
Disusun oleh Ustadz Muh. Ulil Albab,Lc.
Tim Bimbingan Keislaman Bintang Pelajar